17/03/09

Menggapai Puncak Sejati Gn. Raung via Kalibaru

Menggapai Puncak Sejati Raung
Oleh : Gerombolan Pinggang Encok

Malam itu angin begitu keras berhembus, suara raungannya.. dinginnya.. menelan habis tubuh-tubuh kami yang berjalan terseok-seok dibibir kawah selepas menapaki Puncak Sejati Raung. Kabut perlahan pergi, bulan purnama.. bintang-bintang.. menampakkan keindahannya. Dikejauhan nampak kerlap-kerlip lampu.. suasana kota dan pancaran cahaya lampu kapal laut yang tengah bersandar di pelabuhan.

Senin, 2 Maret 2009
Akhirnya jadi juga team kami yang berjumlah 5 orang berangkat ke Raung dengan target Puncak Sejati. Semua data telah berhasil dikumpulkan. Catatan-catatan perjalanan team terdahulu tak ada habis-habisnya kami bedah bersama. Dengan menggunakan kereta Gumarang pukul 18.11 WIB kamipun meninggalkan Jakarta menuju Surabaya Pasar Turi.

Selasa, 3 Maret 2009
Pukul 06.50 WIB kereta yang membawa kami tiba di St. Surabaya Pasar Turi. Setelah mandi di toilet umum stasiun kami pun melanjutkan perjalanan menuju St. Gubeng menggunakan jasa angkutan yang banyak ditawarkan di area stasiun tersebut. Bapak-bapak berkumis dengan ramah menyapa kami, “Mau kemana mas.. stasiun Gubeng ?” setelah lama berbasa-basi Bapak Kumis tersebut pun membuka penawaran harga carter mobil ke St. Gubeng, “ Wis.. Seratus Ribu aja..” untunglah kami telah mengantongi daftar-daftar harga transportasi dari Team Pembalak yang telah berhasil ke Puncak Sejati sehingga ada patokan harga untuk menawar. Harga pun sepakat hanya Rp 30.000 dibagi 5 orang jadi Rp 6.000/orang. “Ayo berangkat Mas..”
Dua puluh menit kemudian kamipun tiba di St. Gubeng. Sementara Kereta Ekonomi Sri Tanjung untuk tujuan Kalibaru baru berangkat pukul 15.10 WIB, berarti kami harus bersabar menunggu hingga 5 jam. Ngurangin BT kami pun jalan-jalan berkunjung ke organisasi Pecinta Alam di sekitar Stasiun sekalian belanja perlengkapan yang kurang seperti Battery dan spirtus. Spirtus berhasil kami dapat di toko bangunan dekat kampus A (kedokteran) Airlangga namun sayang penghuni sekret P.A nya ngga ada alias kosong bro..
Pukul 15.10 WIB kami pun meninggalkan Gubeng menuju Kalibaru dengan kereta Sri Tanjung. Sebenarnya untuk bisa mencapai Puncak Sejati, ada dua pilihan jalur yang bisa dilalui, jalur Kalibaru yang dirintis oleh team Pataga Surabaya dan jalur Glenmore yang sempat dibuka oleh beberapa team, diantaranya oleh Mapala UI dan Satu Bumi. Team kami memilih lintasan Kalibaru dengan entry point desa Wonorejo.
Pukul 21.40 WIB kereta Sri Tanjung yang membawa kami tiba di St. Kalibaru. Dua orang anggota team bergegas menuju POLSEK Kalibaru mengurus Ijin Jalan, ternyata gratis (thanks…)
Pukul 21.50 WIB kamipun bergerak menuju rumah Bp. Suto di dusun Wonorejo Rt 01/01 Desa Kalibaru Wetan – Banyuwangi. Menggunakan ojek motor dengan harga Rp 15.000/ojek, Nama Bp. Suto yang seorang purnawirawan AD ternyata sudah cukup familiar ditelinga para tukang ojek St. Kalibaru.
Pukul 22.10 WIB kami tiba di rumah Bp. Suto. Setelah beramah-tamah kamipun bergegas mengevaluasi perlengkapan dan schedule perjalanan untuk ke-esokan hari.

Rabu, 4 Maret 2009 (Petualangan hari pertama)
Setelah packing ulang dan sarapan pagi buatan Bu Suto, kamipun berpamitan untuk memulai mendaki Gn. Raung. Untuk meng-irit biaya kami hanya menggunakan 3 ojek motor untuk membawa 5 carrier + 1 orang anggota team. Memang untuk sampai ke Pos I/Pondok Bp. Sunarya (916 mdpl) bisa ditempuh dengan ojek motor dari rumah Bp. Suto dengan harga Rp 25.000/motor.
Pukul 11.45 WIB Team mulai bergerak, melewati jalan aspal perkampungan, nampak spanduk TWKM PATAGA masih terpasang rapi di Balai Desa, taklama kemudian kamipun menjumpai Wana Wisata Air Terjun Tirto Kemanten. Perjalanan dilanjutkan melewati jalan tanah yang dikanan-kirinya bukit-bukit yang telah berubah menjadi perkebunan kopi dan alpukat. Setelah melewati jembatan Dam/Bendungan jalan tanah mulai menanjak. Pukul 12.35 WIB kami tiba di Pos I/Pondok Bp. Sunarya (916 mdpl). Pos ini merupakan sumber mata air terakhir. Di depan pondokan terdapat plang arah panah menunjukkan jalur menuju sungai. Setelah mengisi air 12 liter/orang dan makan siang dengan menu roti tawar + keju + sosis kami pun memulai pergerakan menuju target Camp yaitu Camp Cemara (1.777 mdpl). Beban yang kami bawa diluar air rata-rata 25 kg/orang ditambah air 12 liter/orang, bisa dibayangkan jumlah beban yang harus dibawa perorang memang menyimpang jauh dari batas ideal 1/3 berat badan kami masing-masing.
Selepas Pos I jalur cukup landai diawali dengan menelusuri sisa areal perkebunan kopi dan dilanjutkan dengan memasuki hutan yang di beberapa tempat telah ditebangi baik untuk diambil kayunya maupun akan dibuka untuk dijadikan lahan perkebunan, disini jalur agak membingungkan karena tidak terdapat string line (mungkin dahulunya ada kemudian hilang karena adanya penebangan-penebangan pohon). Hujan pun turun dengan deras. Beban yang berat bertambah berat, ditambah puluhan pacet yang bergelayutan pesta pora disekujur badan, dari kaki, tangan, perut sampai leher. Tidak ada yang terbebas dari emutan pacet dan gigitan agas hutan itu. Stamina Team Gerombolan Pinggang Encok turun drastis yang memang kurang beristirahat semenjak dari Jakarta. Pukul 16.54 WIB Team memutuskan untuk membuka “lapak” yang ada di jalur. Kami sebut sebagai “Lapak Lebay (1.150 mdpl)”. Malam ini kurang bersahabat, hujan dan angin terus menderu-deru sampai pagi. Disela-sela evaluasi dan briefing kami menghitung-hitung penghasilan pacet hari ini, rata-rata mendapatkan 15-20 ekor. (lumayan lah..)

Kamis, 5 Maret 2009 (Petualangan hari kedua)
Pukul 05.57 WIB korlap hari ini sudah mempersiapkan menu makan pagi (nasi, sayur sosis, empal sapi), diluar tenda.. hujan masih saja mengguyur bumi. (Waduh jadi males nih…). Setelah hujan reda kami pun segera packing. Pukul 12.10 WIB kami segera melanjutkan pergerakan masih dengan target yang sama Camp Cemara (1.777 mdpl). Jalan tertutup rapat oleh semak dan duri sehingga harus menggunakan “tramontina” untuk membuka jalur, cukup membuat pergerakan menjadi lambat. Pukul 13.38 WIB hujan pun kembali turun.. cukup deras. Flysheet segera dibentangkan.. Coffe Break diketinggian 1.400 mdpl dengan menu roti, keju, sauce kacang merah. Pukul 15.00 WIB kembali melanjutkan pergerakan masih dengan medan yang sama menembus duri rotan. Semua cover carrier hancur lebur terkoyak-koyak keganasan duri rotan tersebut. Pukul 16.45 WIB team memutuskan mebuka “lapak” diketinggian 1.429 mdpl. Kami sebut sebagai “Lapak Hiperbol”. Seperti hari kemarin hujan turun sampai pagi walaupun sempat berhenti beberapa jam. Penghasilan pacet hari ini, rata-rata mendapatkan 5-10 ekor.

Jum’at, 6 Maret 2009 (Petualangan hari ketiga)
Seperti biasa pukul 05.57 WIB korlap hari ini sudah mempersiapkan menu makan pagi (nasi goreng empal sapi). Target hari ini masih tetap sama Camp Cemara (1.777 mdpl). Pukul 10.07 WIB Team mulai bergerak, menembus kerapatan alang-alang, duri dan pohon jelatang (penyengat). Pukul 12.15 WIB Coffe Break di lahan terbuka dengan ketinggian 1.600 mdpl dengan menu roti, cereal, coklat. Cuaca cerah, dikejauhan nampak pemandangan kota-kota. Pukul 13.40 WIB Team kembali melanjutkan pergerakan. Jalan mulai menanjak, duri-duri dan pacet sama sekali tidak berkurang banyaknya. Akhirnya kami memasuki area yang didominasi pohon pinus. Pukul 16.00 WIB kami tiba di Camp Cemara (1.777 mdpl) dan team memutuskan untuk membuat camp. Malam ini cuaca sangat bersahabat, terang bulan, kerlip bintang di angkasa, nyala api unggun, ditemani lagu Ebiet dan Iwan Fals menambah nikmat rasa kopi hitam yang kami sruput. Penghasilan pacet hari ini, rata-rata mendapatkan 5 ekor.

Sabtu, 7 Maret 2009 (Petualangan hari keempat)
Setelah packing dan sarapan pagi kami bergegas melanjutkan pergerakan, tidak tanggung-tanggung target yang harus dikejar adalah “Summit Attack” atau Pos IV/Camp 9 Pataga SBY (3.023 mdpl). Karena dari hasil evaluasi dan briefing semalam apabila hari ini tidak bisa mencapai Camp 8 – Camp 9 Pataga SBY, maka diputuskan team akan kembali turun ke dusun Wonorejo. Pukul 08.00 WIB start pergerakan meninggalkan Camp Cemara (1.777 mdpl). Selepas Camp Cemara kondisi jalur cukup berat, nyaris tanpa bonus namun beban di carrier telah berkurang membuat pergerakan agak lebih cepat. Hujan kembali turun dengan deras tapi tidak menyurutkan perjuangan kami untuk mencapai “Sejati”. Pukul 11.50 WIB makan siang diketinggian 2.150 mdpl segera fly sheet kami bentangkan untuk menahan sekaligus menampung air hujan. Setelah makan siang pergerakan pun dilanjutkan, motivasi untuk mencapai Puncak Sejati membuat kami seolah tak kenal lelah untuk mencapai “Summit Attack” pada hari ini. Pukul 16.40 WIB kamipun tiba di Camp 8 Pataga SBY (2.675 mdpl). Perasaan haru menyelimuti kami, walaupun medan yang berat di tambah hujan yang mengguyur ternyata tidak membuat kami hilang semangat untuk menggapai Puncak Sejati. Segera kami mendirikan tenda dan memasak menu makan malam, evaluasi dan briefing pun segera digelar untuk menghemat waktu istirahat kami. Penghasilan pacet hari ini, rata-rata mendapatkan 2 ekor.

Minggu, 8 Maret 2009 (Petualangan hari kelima)
Pukul 05.00 WIB korlap hari ini telah menyiapkan menu makan khusus untuk muncak sekaligus mengecek peralatan panjat yang harus dibawa untuk perorangan dan kelompok. Pukul 06.00 WIB kami pun memulai pergerakan dengan membawa peralatan yang telah dipersiapkan semalam, sebagian barang bawaan ditinggal didalam tenda di Camp 8. Harness, cowstail, figure, jummar telah terpasang rapi dibadan. Medan yang dilalui cukup menanjak, jalur terbuka jelas. Pukul 08.56 WIB kami tiba di Puncak Palsu Kalibaru (3.159 mdpl). Kabut menyelimuti.. angin meraung-raung.. segera kami mengikatkan kernmantel dynamic ke harness yang kami pakai, “moving together” berjalan di tebing-tebing terjal yang dikanan-kirinya jurang menganga. Selepas Puncak Palsu jalur menyusur turun punggungan sempit. Bagian yang sulit mulai terasa ketika mulai mendaki ke Puncak 17, karena harus melalui 2 tebing yang terjal. Satu persatu kami mulai memanjat, gerimis pun mulai turun, sejenak kami berdo’a semoga diberikan kekuatan dan kemudahan mencapai “Sejati”. Menaiki kubah Puncak 17 dengan kondisi bebatuan dan pasir yang rapuh dan mudah ambrol, sementara di bawah menanti jurang yang puluhan meter dalamnya. Begitu leader telah memasang pengaman di Puncak 17, anggota team yang lain menyusul menggunakan jummar sebagai alat bantu yang sekaligus mengamankan tubuh mereka hingga tiba di atas. Saat menuruni Puncak 17, dekat dengan ujung Curah Malang (ini sebutan penduduk setempat untuk jurang yang dalam) bergantian kami rappelling, dan berpindah ke punggungan berikutnya untuk mencapai trek terakhir menuju Puncak Sejati. Didepan nampak berdiri kokoh barisan batu besar yang disebut sebagai Puncak Tusuk Gigi, jika dilihat sekilas dari bawah tidak nampak adanya jalur untuk mencapai Puncak Tusuk Gigi tersebut, ternyata masih ada stringline TWKM Pataga yang diikatkan ke bebatuan, cukup membantu. Pukul 16.00 WIB team GEROMBOLAN PINGGANG ENCOK tiba di Puncak Sejati Raung (3.344 mdpl). Segera kami sujud syukur, saling berjabat tangan merayakan kesuksesan ini. Sore ini cuaca cerah bersahabat, dari sini pemandangan nampak begitu indah.. Gunung Argopuro.. Mahameru.. Agung.. Selat Bali begitu jelas terlihat. Namun sayang Handy Cam yang kami bawa tidak bisa berfungsi, jadi kami mengabadikan moment ini hanya dengan Camera Digital. Setelah mengambil beberapa gambar kamipun bergerak turun, bekejaran dengan datangnya gelap. Do’a kembali dipanjatkan semoga diberikan kemudahan dan kekuatan. Pukul 18.10 WIB kami tiba di area kubah Puncak 17. Gelappun datang.. segera kami kenakan headlamp. Angin terus menderu-deru membuat tubuh kami bergoyang-goyang, raincout yang kami pakai tidak cukup ampuh untuk melawan dingin, tubuh kami menggigil bergetaran.
Malam itu angin begitu keras berhembus, suara raungannya.. dinginnya.. menelan habis tubuh-tubuh kami yang berjalan terseok-seok dibibir kawah selepas menapaki Puncak Sejati Raung. Kabut perlahan pergi, bulan purnama.. bintang-bintang.. menampakkan keindahannya. Dikejauhan nampak kerlap-kerlip lampu.. suasana kota dan pancaran cahaya lampu kapal laut yang tengah bersandar di pelabuhan.
Menuruni Puncak 17 jalurnya paling sulit apalagi di tebing yang dari puncak, kami lalui dengan rappeling, sehingga memakan waktu yang cukup lama, sementara itu dingin terasa sangat menusuk tulang dan angin yang meraung-raung menebarkan banyak pasir sehingga mengganggu pandangan. Akhirnya kami berhasil juga menuruni Puncak 17 dengan selamat tapi beku dan bergelap-gelap ria, didepan masih ada satu tebing lagi yang harus dilalui, yang ini pun dapat kami lalui dengan baik, tinggal scrambling menuju Puncak Palsu Kalibaru. Akhirnya baru sekitar pukul 21:00 kami berhasil mencapai Puncak Palsu Kalibaru tanpa kekurangan sesuatu apapun. Bendera jalur yang kami tancapkan disepanjang jalur pendakian ternyata amat berguna sebagai penanda.. lebih-lebih pada saat gelap dan berkabut seperti saat ini. Pukul 21.45 WIB kami tiba di Pos IV Pataga SBY (3.023 mdpl), dan perjalanan pun kami lanjutkan kembali hingga Camp 8 Pataga SBY (2.675 mdpl).

Senin, 9 Maret 2009 (Petualangan hari keenam)
Karena lelah kejar target ke Puncak Sejati tidur kami semalam nyenyak sekali. Pukul 13.15 WIB cuaca begitu hangat, setelah packing dan makan pagi+siang bergegas kami melanjutkan pergerakan turun dengan target rumah Bp. Suto. Sempat “mablang” salah jalur, tapi akhirnya berhasil menemukan jalur utama. Pukul 21.30 WIB kami tiba di Camp 2 Pataga SBY (1.431 mdpl). Terjadi sedikit accident ketika hendak tiba di Camp 2 ini, leader pergerakan “nyusruk” kejurang, untunglah masih tersangkut di batang pohon, segera salah seorang anggota team meluncur kebawah menggunakan webbing. Karena lelah team memutuskan untuk membuka camp di Camp 2 Pataga SBY ini.

Selasa, 10 Maret 2009 (Petualangan hari ketujuh)
Pukul 08.15 WIB Setelah sarapan pagi dan packing kami melanjutkan pergerakan turun. Pukul 10.00 WIB tiba di Pos I/Pondok Bp. Sunarya (916 mdpl). Turun ke sungai untuk bersih-bersih sambil nunggu Hasan and friends “Ojekker” WMC (Wonorejo Mokso Club).
Pukul 15.00 WIB Tiba di rumah Bp. Suto yang sedang sibuk mencari contact persons anak-anak Pataga SBY untuk jaga-jaga meng-evakuasi team kami apabila belum sampai juga pada hari ini. Thanks..

Sebuah Catatan Perjalanan
Menggapai Puncak Sejati Raung Via Kalibaru
Gerombolan Pinggang Encok 2009

Thanks to :
Anak-anak Pataga SBY, Wanala Airlangga, Gerombolan Kaki Berat, Team Pembalak, Team Ugal-ugalan, Satu Bumi, Bapak dan Ibu Suto, WMC (Hasan, Slamet), Aura Kasih (thanks utk lagu dan khayalannya).

Route Transportasi Puncak Sejati Raung Via Kalibaru :
St. Jatinegara – St. Surabaya Pasar Turi
KA Gumarang (Berangkat 18.12) Harga Tiket Rp 140.000 s/d 220.000
KA Kertajaya (Berangkat 16.27) Harga Tiket Rp 43.500
KA Sembrani (Berangkat 18.57) Harga Tiket sekitar Rp 240.000

St. Surabaya Pasar Turi – St. Gubeng
Angguna (Angkutan Serba Guna)/Carter mobil Rp 30.000/mobil

St. Gubeng – St. Kalibaru
KA Mutiara Timur (Berangkat 09.15) Harga Tiket Rp 40.000 s/d 55.000
KA Mutiara Timur (Berangkat 22.35) Harga Tiket Rp 40.000 s/d 55.000
KA Sri Tanjung (Berangkat 14.23) Harga Tiket Rp 19.500

St. Kalibaru – Dusun Wonorejo (Rumah Bp. Suto)
Ojek motor Rp 10.000 s/d 15.000 per motor

Contact Persons :
Bpk. Suto 0812 3321 6625
Iyon (Air Terjun Tirto Kemanten-Wonorejo) 0819 4660 8852
Alfon (Ketum Wanala Airlangga) 0852 3008 1313
Mabes Pataga SBY 031-71184411

Anak-anak Gerombolan Pinggang Encok :
Hasan Ngkong (Jakarta Utara) 0856 9312 1874
Andi Kutil (Jakarta Selatan) 0858 8811 7333





























Lanjut Broo......
Gerombolan Pinggang Encok © 2009 Template by:
SkinCorner